AROMA gurih nasi dan masakan yang dibakar di atas bara arang bathok (tempurung kelapa -red), menebar dari warung di sebuah gang kampung Karangwuni Caturtunggal Depok, Sleman. Gang itu terletak di sebelah selatan Hotel Cakra Kembang. Lokasi asal bau sedap itu berada sekitar 25 meter dari arah masuk gang ini. Warung Kebon (kebun -red) Nasi Bakar Karangwuni, demikian pemiliknya, Maria Purwantini, memberinya nama. Karena nasi bakar menjadi menu utamanya dan ada kebun luas di antara warung dan rumahnya yang dapat dipakai untuk menyantapnya.Di kebun itu tersedia sejumlah meja makan bundar dengan naungan payung hijau muda lebar, serta kursi-kursi plastik hijau yang mengitarinya. Di meja itulah menu-menu bakar pesanan pembeli diletakkan. Lepas senja hari, Maria dibantu Tri ‘Oye’ Wardoyo, yang setiap harinya mengatur operasional di warung itu, harus bersiap menggelar tikar di sekitar kebun itu. Agar pembeli yang tak kebagian tempat duduk bisa makan sambil lesehan.Nasi Bakar di warung kebun Karangwuni itu rasanya asin gurih dan isinya sayur daun ketela dan kemangi. Disajikan terpisah dengan dua jenis sambal, yakni sambal bawang dan sambal terasi matang. Ditemani menu lauk-pauk sesuai selera. Antara lain ayam, ikan, lele, tempe dan telur, yang dibakar atau digoreng kremes.Sejak buka 19 Januari 2007 lalu, warung yang buka pukul 09.00 sampai 22.00 itu kini semakin ramai. Kecuali hari Minggu, karena memang libur. Pembelinya beragam, tapi kebanyakan mahasiswa dan karyawan kantor. Rasa nasi bakar dan masakan lainnya tak mengecewakan dan harganya murah. Ditemani minuman teh, jeruk, coffee mix, atau air putih.Selain di kebun Karangwuni, Maria juga membuka usaha nasi bakarnya di selatan RS Wirosaban. Perbedaannya, tempat makan di sana berupa gubug-gubug apung di tengah kolam. Makan nasi bakar di gubug kolam sama nikmatnya dengan di tengah kebun. Apalagi kalau lauknya ikan hasil pancingan sendiri yang bisa langsung dimasak di sana.”Kalau di Karangwuni ayam bakar dan goreng kremesnya yang disukai, di Warung Nasi Bakar dan Pemancingan, olahan ikan bakar dan goreng kremesnya yang jadi favorit pembeli, sesuai dengan situasi tempatnya. Di sana buka setiap hari, tak kenal kata libur,” tutur Maria dan Oye.Memasak menu bakar di atas arang tempurung kelapa, kata Oye hasilnya berbeda dibandingkan dengan memanggang di arang kayu. Rasanya menjadi lebih enak dan matangnya merata. ”Panasnya awet dan abu yang dihasilkan sedikit. Hanya saja untuk mendapatkan bahan baku arang tempurung kelapa tidak mudah,” ujarnya. (KR)
Saturday, May 19, 2007
Nasi Bakar di Kebun dan Kolam
AROMA gurih nasi dan masakan yang dibakar di atas bara arang bathok (tempurung kelapa -red), menebar dari warung di sebuah gang kampung Karangwuni Caturtunggal Depok, Sleman. Gang itu terletak di sebelah selatan Hotel Cakra Kembang. Lokasi asal bau sedap itu berada sekitar 25 meter dari arah masuk gang ini. Warung Kebon (kebun -red) Nasi Bakar Karangwuni, demikian pemiliknya, Maria Purwantini, memberinya nama. Karena nasi bakar menjadi menu utamanya dan ada kebun luas di antara warung dan rumahnya yang dapat dipakai untuk menyantapnya.Di kebun itu tersedia sejumlah meja makan bundar dengan naungan payung hijau muda lebar, serta kursi-kursi plastik hijau yang mengitarinya. Di meja itulah menu-menu bakar pesanan pembeli diletakkan. Lepas senja hari, Maria dibantu Tri ‘Oye’ Wardoyo, yang setiap harinya mengatur operasional di warung itu, harus bersiap menggelar tikar di sekitar kebun itu. Agar pembeli yang tak kebagian tempat duduk bisa makan sambil lesehan.Nasi Bakar di warung kebun Karangwuni itu rasanya asin gurih dan isinya sayur daun ketela dan kemangi. Disajikan terpisah dengan dua jenis sambal, yakni sambal bawang dan sambal terasi matang. Ditemani menu lauk-pauk sesuai selera. Antara lain ayam, ikan, lele, tempe dan telur, yang dibakar atau digoreng kremes.Sejak buka 19 Januari 2007 lalu, warung yang buka pukul 09.00 sampai 22.00 itu kini semakin ramai. Kecuali hari Minggu, karena memang libur. Pembelinya beragam, tapi kebanyakan mahasiswa dan karyawan kantor. Rasa nasi bakar dan masakan lainnya tak mengecewakan dan harganya murah. Ditemani minuman teh, jeruk, coffee mix, atau air putih.Selain di kebun Karangwuni, Maria juga membuka usaha nasi bakarnya di selatan RS Wirosaban. Perbedaannya, tempat makan di sana berupa gubug-gubug apung di tengah kolam. Makan nasi bakar di gubug kolam sama nikmatnya dengan di tengah kebun. Apalagi kalau lauknya ikan hasil pancingan sendiri yang bisa langsung dimasak di sana.”Kalau di Karangwuni ayam bakar dan goreng kremesnya yang disukai, di Warung Nasi Bakar dan Pemancingan, olahan ikan bakar dan goreng kremesnya yang jadi favorit pembeli, sesuai dengan situasi tempatnya. Di sana buka setiap hari, tak kenal kata libur,” tutur Maria dan Oye.Memasak menu bakar di atas arang tempurung kelapa, kata Oye hasilnya berbeda dibandingkan dengan memanggang di arang kayu. Rasanya menjadi lebih enak dan matangnya merata. ”Panasnya awet dan abu yang dihasilkan sedikit. Hanya saja untuk mendapatkan bahan baku arang tempurung kelapa tidak mudah,” ujarnya. (KR)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment